Posted by : Catur Pamungkas Selasa, 10 Januari 2012

Banjir yang kaitannya erat dengan permasalahan kependudukan di Indonesia, menjadi momok tahunan untuk beberapa wilayah. Hal ini perlu menjadik kajian dari sisi pendidikan yang turut pula mempengaruhi tingkat kesadaran dari penduduk tersebut. Kebiasaan masyarakat yang membuang sampah bisa juga menjadi permasalahan penyebab utama banjir, karena penyumbatan dari akumulasi sampah yang menahan laju air di sungai – sungai atau saluran air lainnya.
Padahal pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang tentang pembuangan sampah yang sembarangan berupa sanksi denda pidana sebesar 50.000 sampai 100.000 rupiah. Peraturan denda itu juga relatif bagi tiap pemerintahan daerah di masing  - masing wilayah yang mempunyai hak otonom tersendiri sesuai dengan keadaan masyarakat serta lingkungan. Secara hukum jelas ada peraturan, tetapi dalam pelaksanaan itu sendiri perlunya kesadaran bersama guna mewujudkan ketertiban yang sesuai dengan apa yang diharapakan. Inilah yang menjadi PR terbesar bagi bangsa Indonesia karena kesadaran itu timbul dari satu orang, kemudian menyebar ke banyak orang dan kemudian menjadi satu gerakan besar yang mampu merubah kebiasaan, kelakuan serta karakter bangsa itu sendiri.
Contoh kongkritnya bisa kita lihat di pinggiran  - pinggiran sungai yang tidak lain adalah merupakan gambaran – gambaran di slum area atau pemukiman kumuh, kita ambil contoh di DKI Jakarta, karena disitu begitu jelas nila – nilai kontras yang ada. Di sisi lain berdiri gedung – gedung berlantai yang mewah dengan fasilitas bintang lima, tetapi disisi lain masih ada masyarakat yang masih tinggal di pemukiman yang tidak layak huni bahkan memprihatinkan.

Penampakan seperti ini pernah menjadi perbincangan mengenai pembenahan tata ruang perkotaan yang sudah termaktub dalam perda. Lagi – lagi peraturan ini berbenturan dengan keadaan administratif penduduk secara de yure, karena setahu mereka sudah membayar biaya tersebut ke orang “pemerintah”, dan sudah ada tanda administratif di wilayah setempat. Pembenahan secara total tidak bisa berjalan dengan mulus karena adanya oknum – oknum  dibawah payung hukum yang bermain dan turut serta demi memperoleh keuntungan sepihak. Keadaan seperti inilah yang terus membayangi pemerintah soal kependudukan.
Jika dibahas dari segi geografi penduduk, pembangunan yang baik adalah yang mempertibangkan berbagai faktor, seperti :
-          Ekonomi ( efisiensi )
Sesuai dengan teori dari Alfred Webber “least cost location”, yaitu penekanan biaya transportasi atau mobilitas yang membutuhkan harga operasional dengan orientasi tertentu sesuai dengan kebutuhannya.
Hal ini dapat menjadi pertimbangan karena dengan kita menggunakan tatakeruangan akan tercipta keteraturan dalam berdirinya bangunan tersebut, jadi tidak merusak pemandangan.
-          Lingkungan
Pembangunan yang berbasis kelingkungan merupakan cara yang harus ditanamkan di setiap aspek pembangunan, terkait dengan adanya isu global warning dan taraf perkembangan kebudayaan manusia yang kini telah mencapai kepada wabah “Eco Boom”. Karena dengan mempertimbangan aspek ini, secara umum lingkungan hijau akan terjaga keasriannya, dan sirkulasi udara sejuk yang menandakan bahwa kadar CO2 sedikit layak bagi kehidupan manusia yang sehat.
Keadaan fisik ( alam ) dan organisme yang hidup di dalamnya ( termasuk manusia ) selayaknya harus berjalan dengan harmonis. Alampun memiliki aktifitasnya sendiri dikala siklus maupun gejala yang ada berkaitan dengan kehidupan manusia. Erupsi gunung berapi misalnya, manusia hanya bisa mendeteksi gejala – gejala awal erupsi akan terjadi dengan ilmu dan pendekatan multidisiplin yang ada. Tetapi manusia sampai sekarang ini belum bisa memprediksikan secara tepat kapan gunung itu akan erupsi. Buktinya masih ada saja korban jiwa akibat dari bencana tersebut.

Peta Zonasi Banjir Lahar Dingin
Banjir lahar dingin biasanya merupakan serangkaian dari proses setelah erupsi itu terjadi. Ketika kawah baru terbentuk dan volume yang berdaya tampung bertambah, memungkinkan air prestipitasi ( hujan ) terakumulasi di dalamnya dengan jumlah yang besar, sehingga volume air yang ada terus meningkat, kemudian meluap dan sesuai dengan hukum alam, air mengalir dari dataran yang tinggi menuju dataran yang lebih rendah. Di dataran rendah hidup pula manusia yang akan terkena dampak dari bajir lahar dingin tersebut.
Alampun berdampak positif dengan kehidupan manusia, karena dibalik bencana tersebut terselip hikmah dan makna yang berlimpah. Kesuburan ditanah vulkan memberikan rezeki bagi para petani dan penggiat kehidupan dari kandungan nutrien dalam tanah itu. Pasir dari merapi adalah contoh lain yang dapat dimanfaatkan. Kualitas pasir yang baik menjadikan harga pasir tiap truknya mencapai 4 juta-an. Hal tersebut juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk aktifitas ekonomi mereka dengan menambang pasir.
Banjir selain diakibatkan oleh ulah jahil tangan manusia yang kurang bertanggung jawab, juga tidak sepenuhnya bisa disalahkan, akan tetapi sebagaimana layaknya manusia yang diberi akal sehat dan pikiran seharusnya mampu mengatasi permasalahan. Tidak seenaknya sendiri tanpa memikirkan dampak panjang dari limpahan akumulasi perbuatannya dimasa depan. “Secara tidak langsung efek yang nampak akan terasa untuk 20 ke depan” ( Al-Gore : Environmental ).

2 Responses so far.

  1. pertama kakak :D
    emang sudah hal biasa di Indonesia kalo dengar kata "BANJIR", kebanyakan sih karna ulah manusianya sendiri !!
    terus berkaya yaa sob =))

  2. Unknown says:

    Terimakasih sudah membaca :D

INFO TERKINI

EVEN TAHUNAN "GEOGRAFI MEMBUMI 2014" DILAKSANAKAN PADA MINGGU 18 MEI 2014. DIHARAPKAN UNTUK PENDAFTARAN ON THE SPOT DATANG KE GEDUNG AK. ANSHORI PUKUL 07.00 WIB MAKSIMAL 30 MENIT SEBELUM ACARA DIMULAI !!

Popular Post

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © HMPS Pendidikan Geografi -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -